Seorang gadis berparas cantik nan menawan dahulunya tak pernah sedikit pun melaksanakan shalat dan menyentuh Al Quran.
Namun, setelah melihat temannya melakukan perbuatan haram, ia pun memutuskan untuk bertaubat dan berusaha menghidupkan Al Quran dengan menjadi seorang Hafidzah atau penghafal Al Quran.
Sebagaimana dilansir Kabarmakkah.com, Gadis tersebut bernama Hasna, lahir dari sepasang suami istri yang kaya raya.
Meski memiliki harta yang berkecukupan, namun tak pernah ia rasakan kasih sayang dan pendidikan agama dari keluarganya.
Ia lahir dari keluarga yang terlalu sibuk mengurus pekerjaannya hingga melalaikan kehidupan keluarga.
Ibunya jarang ada di rumah karena sering bepergian keluar kota baik untuk bisnis maupun aktivitas lainnya.
Dengan kurangnya dukungan kasih sayang dan bimbingan agama dari kedua orang tuanya,
Hasna mencari kesibukan dan perhatian dari teman-temannya sehingga bisa dibilang Hasna menjelma menjadi seorang anak perempuan yang tidak bisa diatur.
Pada saat libur sekolah, Hasnak bersama dengan teman-temannya sering menyewa sebuah villa untuk menikmati masa liburan.
Tak hanya teman wanita saja yang ikut dalam liburan tersebut, namun teman-teman yang pria pun bercampur baur meski saat mereka tidur dibedakan kamar antara pria dan wanita.
Campur baur pertemanan antara pria dan wanita masih bersifat wajar dimana hanya berupa obrolan dan candaan semata.
Namun pada suatu saat ia pergi ke rumah temannya yang wanita dengan beberapa teman pria juga.
Rumah tersebut terbilang sepi karena orang tua temannya juga sama-sama sibuk. Bisa dibilang mereka bisa melakukan apapun dalam rumah tersebut.
Sang teman yang empunya rumah berkata kepada Hasna “Aku ke kamar dulu yah!” Yang cukup aneh adalah dia menggandeng temannya yang pria untuk ikut masuk kedalamnya.
Bahkan temannya tersebut berucap kepadanya “Jika kamu mau, kamu bisa pakai kamar yang satunya lagi bersama cowok yang kamu suka.”
Namun Hasna tidak menuruti apa yang dikatakan temannya tersebut.
Hingga beberapa saat berselang, teman wanitanya yang masuk ke kamar sedikit berteriak memanggil Hasna “Hasna sini deh”.
Dengan cepat Hasna menghampiri kamar dan saat dibuka pintu, ia mendapati temannya yang wanita tengah berbaring di atas ranjang sementara sang pria berada di atasnya dengan tanpa sehelai pakaian sedikit pun.
“Beraninya kamu berbuat itu!”
Seketika itu juga Hasna langsung pergi keluar rumah tersebut sambil menangis karena menyaksikan perbuatan yang terkutuk itu. Kini ia merasa bahwa jalan hidupnya telah sesat dan tanpa tujuan yang jelas.
Hasna yang dahulu suka keluar untuk bergaul berubah menjadi penyendiri dan suka merenung.
Ia juga kini tidak suka mendengarkan musik serta tidak menyukai pakaian yang terbuka seperti kelakuannya dahulu.
Kemewahan yang ada dalam rumah serta pakaiannya kini tidak lagi dikaguminya.
Di saat adzan berkumandang, hati kecilnya merasa terpanggil untuk melakukan shalat. Untunglah ada sepasang mukena dan juga sajadah bekas peninggalan nenek dari ayahnya dahulu yang pernah menginap di rumah tersebut.
Meski ayahnya seorang muslim, Hasna tak pernah melihat imam keluarga tersebut melaksanakan shalat.
Saat tubuhnya mulai merunduk dan tersungkur sujud, Hasna merasakan sebuah penyesalan yang mendalam dengan disertai kucuran airmata yang tiada henti.
Hampir satu jam ia menangis tersedu hingga membasahi mukena dan sajadah yang digunakannya.
Dalam kekhusyukan doa, ia merasakan sebuah ketenangan batin yang tak pernah dialaminya sejak dahulu.
Setelah melakukan shalat, ia kemudian teringat akan pamannya yang merupakan seorang yang taat beragama.
Ia pun memutuskan pergi ke rumah pamannya tersebut untuk belajar ilmu agama. Sang paman pun dengan penuh kasih sayang mengajarkan keponakannya untuk bisa melakukan wudhu dan shalat yang benar.
Hari demi hari, Hasna mulai bisa menguasai ilmu yang telah diberikan sang paman.
Melihat Al Quran merupakan sebuah pedoman hidup umat muslim yang berharga, Hasna memutuskan untuk menghafal Quran dan bertanya kepada pamannya.
“Berapa lama sih paman untuk bisa menghafal Al Quran?” Tanya Hasna
“Insyaallah sekitar 5 tahun sudah bisa hafal” Seru sang paman Dalam hati, Hasna berkata “Ya Allah mungkin saja sebelum lima tahun tersebut saya sudah meninggal.”
Namun tekad Hasna tetap diteruskan meski belum tahu apakah lima tahun tersebut bisa dicapainya.
Saat hari libur, Hasna tetap menemui pamannya untuk belajar menghafal Al Quran.
Sang ayah yang memang libur merasa heran kemana anaknya pergi pagi-pagi dan betapa terkejutnya ia melihat Hasna berada di rumah adiknya yang alim tengah berusaha menghafal Al Quran.
Sang ayah yang memang jauh dari agama segera menyuruh Hasna untuk pulang.
Namun Hasna justru tidak ingin pulang ke rumah yang jauh dari aura agama. Alhasil Hasna memutuskan untuk tinggal di rumah kakeknya.
Impian untuk bisa menghafal 30 juz Al Quran akhirnya bisa dilakukan oleh Hasna dengan cukup mengejutkan.
Hasna tidak perlu butuh waktu 5 tahun untuk bisa menghafalnya karena dengan hanya waktu 3 bulan saja Hasna menjelma menjadi seorang hafidzah berkat semangatnya untuk berada di jalan Allah.
Dengan keberhasilan yang dicapainya, sang kakek dan keluarga yang lain ingin mengadakan syukuran dengan mengundang beberapa kerabat dekat. Namun Hasna justru tidak terlihat dari kumpulan keluarga tersebut.
Salah seorang kerabat menuturkan bahwa ia melihat Hasna tengah shalat di kamarnya dan belum keluar.
Dengan perasaan tidak karuan cukup lama, kerabat dan keluarganya kemudian berinisiatif untuk masuk ke kamar Hasna.
Setelah sempat mengetuk pintu beberapa kali, sang kakek kemudian membuka pintu tersebut dan alangkah terkejutnya pihak keluarga karena mendapati Hasna yang terbaring tak bernyawa sembari memegang Al Quran.
Ayahnya yang ikut hadir dalam syukuran tersebut langsung histeris disertai tangisan yang mendalam.
Meski merupakan sebuah peristiwa yang cukup mengagetkan, namun pihak keluarga beserta kerabat berusaha menerima kenyataan tersebut.
Tubuh Hasna kemudian dimandikan dan saat hendak dikafani dengan kain kafan yang baru dibeli, mendadak kain tersebut hilang entah kemana.
Karena tidak mendapatkan kain lagi dan yang ada hanya sebuah kain hijau di tiang sudut rumah, pihak keluarga pun menutupi jenazah Hasna dengan kain tersebut.
Namun yang cukup membuat kerabat dan keluarga terheran-heran adalah bau wangi yang terus tercium dari kain pembungkus jenazah. Subhaanallaah.
Semoga kita semua senantiasa mendapat keridhaan Allah hingga akhir hayat dan dianugerahi akhir yang khusnul khotimah, Aamiin.
WAHAI SAUDARAKU SEIMAN SEBARKANLAH KISAH INI AGAR DUNIA TAHU BAHWA ALLAH YANG MAHA KUASA MENJANJIKAN SURGA YANG LUAS DENGAN MENGAMALKAN PERINTAHNYA DAN MENJAUHI LARANGANNYA